Ini cerita asli karangan Najwa....
Jadi maaf ya guys kalau mungkin kurang bagus...
Hope you want to read my short story and I hope you like it! :)
Ibuku
Cinta Sejatiku
Halo,namaku Andini Septiana,biasa
dipanggil Andin. Aku duduk di bangku kelas 8 di sebuah sekolah menengah pertama
terfavorit di kotaku. Kehidupanku jauh berbeda dengan kehidupan teman-temanku
di sekolah,mereka setiap harinya membawa uang jajan Rp 100.000,sedangkan aku
hanya satu persepuluh dari uang jajan mereka. Setiap hari mereka berangkat naik
kendaraan roda empat,sedangkan aku kendaraan roda dua,itupun sepeda,tak
bermesin. Dan setiap hari yang mereka pegang adalah gadget,sedangkan
aku,hanyalah handphone china tanpa kamera. Walaupun begitu,salah satu gank
terkenal di sekolahku tetap medekatiku karena aku pintar dan mudah
bergaul,lagipula mereka tidak tahu kalau aku ini orang miskin karena memang
gayaku yang dapat menyesuaikan seperti mereka.
Hal seperti ini sudah aku lalui
sejak kecil. Ibuku hanyalah seorang berpenyakitan asma yang pekerjaannya
sebagai buruh cuci setrika,kadang juga pembantu rumah tangga pulang pergi. Ayahku
sudah meninggalkan kami sejak umurku masih 2 tahun dan entah berada di mana
sekarang. Sejak kecil aku selalu bersabar dan menunggu janji ibu dari dulu
yaitu aku akan hidup bahagia sudah remaja nanti,tapi justru hidupku semakin
susah dan menderita. Mungkin ini memang takdir hidupku,tapi entah mengapa aku
sulit sekali untuk ikhlas dan menerima semua ini.
Keadaanku yang sekarang ini mulai membuat aku kesal pada ibu. Entah
mengapa sejak hari ini,aku mulai bersikap marah-marah,bentak-bentak dan melawan
ibu. Lagian dari dulu ibu hanya bisa berjanji dan kerjaannya hanya itu-itu
saja. Meski aku begitu pada ibu,ibu tak pernah memarahi atau membentakku karena
ibu pernah bilang kalau aku ini adalah harta yang paling berharga dan terindah
baginya,apapun akan dia lakukan asal aku bahagia. Tapi,kenapa hidupku tak
berubah jika ibu menginginkan aku bahagia. Huh!
Di sekolah,aku dianggap anak orang
kaya oleh teman-temanku. Sebenarnya aku lelah dengan semua penyamaranku,aku
selalu bilang kepada Chintya dan teman-temannya jika aku ini orangnya hemat
sehingga bawa uang jajan hanya 10.000,aku juga tak mau terlalu manja pada orang
tuaku sehingga aku selalu berangkat dan pulang naik sepeda dan lebih memilih hp
china murahan daripada gadget karena aku harus hidup mandiri. Padahal,memang begitulah
hidupku yang sebenarnya,untuk membeli handphoneku yang harganya Rp 150.000 saja
ibu harus meminjam ke tetangga dan itupun sulit sekali. Tapi,aku tak mau
menyerah untuk melakukan penyamaran ini,karena jika ini semua terbongkar,maka
tidak akan ada satupun murid di sekolah ini yang mau berteman denganku.
Keesokan harinya,Chintya dan
teman-temannya mengajakku jalan-jalan ke mall setelah pulang sekolah besok. Ya
tentu saja pulang sekolah aku langsung meminta banyak hal pada ibu,”Ibu,aku
minta uang 200.000 dong buat besok jalan-jalan sama Chintya dan teman-teman
lain! Oh iya aku juga mau minjam perhiasan ibu ya!” ujarku cerewet pada
ibu,”Tapi nak,dari mana ibu bisa dapat uang sebanyak itu? Untuk makan hari ini
saja sudah pas-pasan. Lalu untuk apalagi kamu meminjam perhiasan ibu nak?”
jawab ibu,”Aduh bu! Kalau ibu sayang sama aku dan pingin aku bahagia,udah
turutin aja! Pokoknya aku gak mau tau besok uang dan perhiasan itu harus udah
ada! Terserah gimana cara ibu dapetin itu,pokoknya kalau gak ada,aku pergi dari
rumah ini! Inget!” ,balasku kesal,”Iya nak. Ibu akan usahakan.”,ujar ibu dengan
sedih. Aku langsung masuk ke kamarku karena begitu kesal terhadap ibu.
Malam harinya aku lihat ibu
sibuk sekali bekerja lebih dari malam-malam biasanya. Aku hanya melihatnya
dengan cuek dan santai saja tanpa ada niat membantu sedikitpun padahal ibu
seperti ini demi mendapatkan uang 200.000 untukku besok. Lalu aku meminta izin
pada ibu untuk pergi ke counter hp milik Kang Teguh. Kang Teguh adalah cucu
dari adik kandung nenekku,sehingga kami masih memiliki hubungan kekerabatan.
Tujuanku ke sini adalah untuk meminjam gadget yang ada di counternya untuk
besok,dengan senang hati Kang Teguh meminjamkannya karena ia sudah menganggap
aku seperti adik kandungnya sendiri. Pulang ke rumah aku langsung belajar untuk
memainkan gadget itu agar tidak malu besok di hadapan Chintya dan teman-teman
lain.
Pagi hari sebelum berangkat
sekolah,aku melihat uang 200.000 dan perhiasan yang aku minta pada ibu sudah
ada di atas meja makan. Aku langsung memasukkan barang-barang itu ke dalam tas
tak lupa dengan gadget pinjamanku. Sepulang sekolah,aku,Chintya,Shely,Bella dan
Tiara langsung meuju ke mall diantar oleh supirnya Chintya. Di dalam mobil aku
mulai mengeluarkan gadget pinjamanku dan menggunakannya. Chintya pun
bertanya,”Cie.. Gadget baru nih! Kapan belinya Din?”,”Ahh gak kok. Aku beli ini
udah lama cuma ga boleh dibawa ke sekolah takutnya hilang,biasalah sekarang kan
banyak tangan-tangan jail. Hehehe.” ,jawabku,”Loh? Bukannya katamu waktu itu
kamu ga mau terlalu manja jadi kamu gak pake gadget mahal Din?” tambah
Tiara,”Iya emang Ti,ini gadgetnya aku beli murni pake uang tabungan aku sendiri
kok..” jawabku,”Ohh.. Ehh udah sampe nih! Yuk turun!”,ujar Tiara.
Di dalam mall kami makan siang,lalu
nonton film di bioskop. Setelah dari bioskop,kami pergi ke sebuah toko yang
menjual barang-barang mahal. Di sana Chintya membeli banyak sekali barang,aku
jadi iri padanya. Tak hanya Chintya,teman-teman lain juga membeli beberapa baju
atasan,berbeda denganku,yang tidak membeli barang satupun karena uangku sudah
habis,tapi aku bilang pada mereka bahwa aku kemarin sudah belanja yang banyak
sekali sehingga hari ini aku tidak akan belanja lagi. Sekitar pukul lima sore
barulah kami keluar dari mall. Sesampainya di rumah,ibu sudah menungguku di
depan pintu. Ibu bilang kalau dia sangat khawatir dengan keadaanku karena sudah
maghrib tapi belum pulang juga. Aku tak menghiraukan apa yang ibu katakan,aku
langsung menyimpan tas lalu mandi dan beristirahat karena aku lelah sekali hari
ini.
Keesokan paginya,aku hendak sarapan sebelum berangkat sekolah.
Namun,saat aku membuka tudung saji,hanya tersisa sambal terasi,ikan asin,semur
jengkol dan sedikit nasi saja. “Bagaimana mungkin aku sarapan makanan yang
seperti ini? Yang ada aku malah sakit perut dan bisa-bisa bau mulut!”,gumamku
dalam hati. “Ibu! Kenapa ibu gak masakin buat aku sarapan? Oh atau mungkin ibu
mau aku sakit terus mati biar ibu gak punya beban lagi? Iya?! Kenapa sih bu?
Dari dulu ibu selalu bikin aku menderita? Kenapa sih bu? Dari dulu ibu bisanya
penyakitan dan bikin aku malu? Aku capek bu kalau terus-terusan hidup kayak
gini! Di sekolah aku bela-belain nyamar jadi orang kaya setiap hari karena
kalau temen-temen tahu aku miskin pasti gak ada yang mau main sama aku!
Harusnya ibu ngerti dong!” bentakku dengan keras dan kasar pada ibu,”Maafin ibu
nak.. Ibu belum dapet uang lagi nak,jadi kamu sarapan yang seadanya dulu ya
nak.. Persediaan beras,telor,sama mie juga udah habis nak,atau kamu sarapan di
sekolah aja ya nak.. Ibu janji,nanti siang ibu masakin makanan yang enak,dan
ibu janji ibu akan usahain supaya hidup kamu bisa berkecukupan ya nak.. Ibu
akan bekerja keras demi kehidupan kita ya nak..”,jawab ibu dengan lembut,”Tau
ah bu! Pokoknya nanti siang ibu harus masakin makanan ya enak buat aku! Kalau
ibu gak masakin,aku bakal kabur aja dari rumah!”,jawabku sambil pergi.
Sampai di sekolah,aku pun
menghampiri Chintya,Shely,Bella dan Tiara dengan wajah yang kusut. Lalu Tiara
bertanya,”Ehh Din,kenapa muka lo bete banget sih kayaknya?”,”Iya nih Ti. Mama
sama papa mau ke luar negeri,terus katanya aku gak boleh kemana-mana selama
mereka gak ada,gila ihh sebel banget! Aku kan udah dewasa,masa ini itu harus dilarang
sih!?”,jawabku dengan yakin padahal tidak sesuai keadaan yang sebenarnya,”Ya
elah Din! Masa gitu aja bete? Bawa santai aja kalii,gue sih kalaupun orang tua
gue bilang kayak gitu,gue tetap gak akan di rumah aja Din,bosen. Lagian kan
mereka gak tahu,kita kan bisa bohong sama mereka.”,kata Chintya,”Iya juga sih
Chin. Ya udahlah gak usah dibahas lagi.”,kataku menutup pembicaraan.
Saat pulang sekolah,kami melihat anak-anak yang latihan ekskul
Taekwondo. Salah satu dari mereka ada yang bernama Raihan. Dia orangnya
ganteng,pintar,kaya,tinggi,putih,dan hampir semua siswi di sekolah ini suka
sama dia,ya salah satunya Chintya. Setiap hari Chintya selalu menceritakan
kisah pendekatannya sama Raihan,sampai kami berempat rasanya bosan sekali
mendengar ceritanya. Chintya selalu bilang kalau suatu saat pasti Raihan akan
menyatakan perasaannya ke Chintya,dia yakin kalau Raihan juga suka
padanya,padahal Raihan suka kepada siswi lain,tapi kami pun tidak tahu siapa
dia. Begitulah Chintya,orangnya suka kegeeran. Walaupun banyak yang suka sama
Raihan,tapi aku sama sekali tidak suka dengannya,memang sih dia ganteng,tapi
aku selalu ingat pesan ibu bahwa gak boleh pacaran dulu dan harus hati-hati
sama laki-laki zaman sekarang,aku emang nakal,tapi sesekali aku juga masih
selalu mengingat pesan ibuku.
Keesokan paginya pelajaran
pertama adalah pelajaran Bu Santi. Aku disuruh mengambil buku paket sejumlah 15
buah ke perpustakaan. Saat aku menuju kembali ke kelas,tak sengaja Raihan yang
baru dari toilet menabrakku dan menyebabkan buku yang aku bawa jatuh semua.
Raihan pun membantuku untuk membereskan buku-buku yang jatuh,”Ehh maaf ya,aku
gak sengaja,sini aku bantuin ya. Oh iya,aku Raihan,nama kamu siapa?”,ujar
Raihan. Aduh,rasanya deg-degan banget ditanya sama Raihan,aku pun menjawab,”Semua
orang di sekolah ini juga tahu kok kamu siapa. Aku Andini. Ohh iya,makasih ya,aku
harus buru-buru ke kelas nih!”,lalu aku berlari ke kelas,”Iya,salam kenal
ya!”,jawab Raihan yang terdengar olehku.
Ketika istirahat,entah mengapa
Chintya,Shely,Bella dan Tiara sikapnya berbeda sekali terhadapku. Biasanya
mereka mengajakku ke kantin bersama,tapi kali ini tidak.”Ternyata temen kita
yang ngedukung kedekatan kita sama orang yang kita sukai bisa nikung kita lho!
Bilangnya sih gak suka,gak tertarik,gak mau pacaran dan bla bla bla,tapi itu
semua OMONG KOSONG! Dasar munafik! Udah yuk guys,tinggalin aja dia,biar tau
rasa!”,kata Chintya dengan kasar padaku,”Semua kata-kata kamu buat aku kan
Chin? Asal kamu tau,aku tuh gak suka sama Raihan,gak tertarik sama
Raihan,apalagi pacaran sama dia. Aku tau kamu suka sama dia,gak mungkinlah aku
nusuk temen sendiri dari belakang. Kamu tanyain aja ke Raihan kalau gak
percaya!”,balasku,”Ya iyalah ke elo! Gak usah bohong dan cari alasan,gue udah
tau semuanya,Bella udah nunjukkin fotonya ke gue! Dasar pengkhianat! Mulai
sekarang gak usah deket-deket sama kita lagi,gue gak sudi punya temen yang suka
nikung temennya sendiri!”,jawab Chintya. Mereka pun pergi meninggalkan aku di
kelas sendirian. Rasanya kesal banget,masa cuma kenalan aja dibilang
pengkhianat sih?
Sampai di rumah rasa kesal
itu masih terus ada. Chintya tuh emang egois,suka nuduh,keras kepala dan teman
yang paling menyebalkan. Karena terlalu kesal,aku sampai membanting pintu
kamarku dengan keras dan berteriak di dalam kamar. Tentu saja,ibu langsung
menghampiriku ke kamar dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
Akhirnya,ibulah yang menjadi pelampiasan kekesalanku di rumah,aku melempar ibu
dengan baju kotorku seraya berkata,”Udah deh gak usah ikut campur urusan anak!
Sekarang mending cuciin baju kotor aku sana!”. Ibu pun pergi sambil menangis.
Rasanya malas sekali ke
sekolah,apalagi harus bertemu Chintya dan teman-temannya. Seperti kemarin,Chintya
kembali menyindirku dengan ocehannya yang menyakitkan hati. Aku berusaha untuk
selalu menahan emosiku agar tidak terjadi keributan,kalau sudah disindir,aku
langsung pergi saja,aku tak peduli apa yang akan mereka katakan lagi. Sepulang
sekolah,aku berjalan sendirian menuju ke gerbang. Ternyata,di gerbang Raihan
sudah menunggu. Di situ ia langsung menyatakan perasaannya padaku,dan ia juga
bilang bahwa ia tidak pernah suka sama Chintya apalagi akan menembaknya,Chintya
hanya kegeeran saja. Memang benar sih apa yang dikatakan Raihan tentang
Chintya,tapi aku juga bingung sekali harus menerima atau menolaknya. Aku pun
menolaknya dengan halus,dan bilang kalau aku belum boleh pacaran,Raihan pun
mengerti,ia tidak memaksa agar aku menerimanya.
Tak disangka,tiba-tiba
Chintya langsung datang dan marah-marah padaku. Masalah yang kemarin belum
selesai,sekarang sudah bertambah masalah baru dan lagi-lagi karena salah paham.
Aku berusaha menjelaskan kepada Chintya tentang apa yang terjadi sebenarnya. Namun
tetap saja,Chintya sudah terlanjur salah paham. Masalah ini pun bertambah
rumit.
Di rumah,aku belajar untuk
mempersiapkan ulangan IPA besok. Entah mengapa malam ini ibu nampaknya sibuk.
Ibu sama sekali tidak memperhatikanku,menanyai bagaimana di
sekolah,mengurusiku,intinya ibu beda dari biasanya. Aku sih senang kalau ibu
seperti ini,jadi aku tidak bertambah pusing. Tapi,keesokan paginya pun ibu
masih cuek,aku heran dengan sikap ibu. Aku biarkan saja ibu seperti itu,karena
rasanya hidup aku jadi lebih tenang.
Ulangan hari ini dimulai.
Seperti biasanya,sebelum ulangan dimulai,tas setiap siswa diperiksa agar tidak
terjadi kecurangan saat ulangan. Betapa terkejutnya aku,ternyata di dalam tasku
ada sebuah contekan,padahal aku sama sekali tidak pernah memasukannya. Aku
diberi sanksi oleh pak guru tidak boleh ikut ulangan kali ini. Rasanya
sedih,kesal,kaget dan curiga sekali. Aku berusaha untuk membujuk Pak Adam,tapi
beliau tetap pada keputusan beliau. Aku mulai mengerti sekarang,ini pasti ulah
Chintya dan teman-temannya. Tadi pagi ketika aku ke toilet,di kelas tidak ada
siapa-siapa dan hanya ada mereka berempat.”Pasti kalian yang masukkin contekkan
ke tas aku! Karena tadi pagi pas aku ke toilet di kelas ini cuma ada kalian berempat,ayo
ngaku?!,ujarku pada Chintya dengan marah,”Jadi lo nuduh kita? Idih ngapain kita
lakuin yang kayak gitu! Kalau mau marah pake bukti dong! Sekarang gue
tanya,emang lo punya buktinya? Nggak kan?!”,jawab Chintya. Memang sih aku tidak
punya bukti,karena kebetulan CCTV di kelas juga sedang diperbaiki. Karena aku
menuduh sembarangan,Pak Adam menghukumku yaitu menyuruh membersihkan toilet
murid perempuan di sekolah ini.
Ketika jam pelajaran kelima
dan keenam,ada orang tua murid yang mengetuk pintu kelas. Ternyata itu adalah
ibu dengan membawa kue untukku. Jadi semalaman ia tidak memperhatikanku karena
akan membuat kejutan untukku di hari ulang tahunku. Ibu bilang pada guru dan
teman-teman sekelas bahwa dia adalah ibuku dan hari ini aku ulang tahun
sehingga dia membawakan kue ini untukku. Betapa malunya aku saat ibu berkata
seperti itu di depan teman-teman,yang mereka tahu,aku adalah anak orang
kaya,sungguh ini adalah kejutan terburuk di hari ulang tahunku. Aku pun
langsung mengusir ibu dengan marah-marah dan bilang pada teman-teman kalau ibu
adalah pembantuku di rumah dan kedua orangtuaku sedang ke luar negeri. Ibu pun
pulang dengan menangis.
Kedatangan ibu tadi membuat
teman-teman sekelas curiga,apalagi Chintya dan teman-temannya. Mereka lagi dan
lagi menyindirku. Rasanya sudah tidak tahan sekali menahan semua
sindiran,hinaan,dan kebohongan selama ini. Saat waktu pulang tiba,aku langsung
mempercepat langkahku menuju rumah karena ingin cepat-cepat memarahi ibu.
Ternyata ibu sedang duduk di meja makan sambil menangis dan terbatuk-batuk,”Ibu
apa-apaan sih? Kenapa ibu tadi ke sekolah? Kalau ibu mau bikin kejutan bukan
gini caranya! Ibu kan tahu,Andin itu di sekolah pura-pura jadi anak orang kaya!
Sekarang semua teman-teman udah curiga bu tentang siapa Andin yang sebenarnya!
Ibu udah bikin Andin malu bu! Andin benci sama ibu! Ibu gak pernah bikin Andin
bahagia! Ibu selalu bikin Andin sengsara!”,ucapku dengan marah dan sangat kasar
pada ibu,”Maafkan ibu nak,ibu memang tidak bisa jadi ibu yang baik buat kamu
nak.. Maafin ibu...”,jawab ibu sambil menangis tersedu-sedu. Aku pun langsung
masuk ke kamar dan mengunci pintu kamarku rapat-rapat.
Sepanjang malam ibu terus
menangis dan terus menangis hingga ia sesak nafas. Sesekali aku berteriak
memarahi ibu karena suaranya berisik sekali. Di dalam kamar,aku juga terus
memikirkan bagaimana cara agar teman-teman tidak curiga dan percaya lagi
padaku. Hingga pagi tiba,aku tak kunjung menemukan bagaimana cara yang bisa
kulakukan karena aku terlalu pusing dan putus asa dengan semua masalah ini.
Tiba-tiba,seorang wanita mengetuk pintu rumahku pagi itu sambil memanggil
namaku. Rasanya sudah tak asing lagi dengan suara wanita ini,dan benar,dia
adalah Chintya. Chintya menjemputku dan mengajakku untuk berangkat bersama ke
sekolah.
Dan akhirnya,terbongkarlah
rahasiaku selama ini. Chintya dan teman-temannya sudah mengetahui bagaimana
kehidupanku yang sebenarnya. Aku meminta pada Chintya dan teman-temannya untuk
tidak memberitahu rahasia ini kepada teman-teman lain. Chintya mengabulkan
permintaanku tapi dengan satu syarat,yaitu aku harus menjauhi Raihan dan
bersikap seolah tidak kenal dengan Raihan seperti dulu. Aku pun menyanggupinya
yang penting kebohonganku dan penyamaranku tidak terbongkar.
Saat istirahat,tiba-tiba Raihan
menghampiriku yang sedang duduk sendirian di salah satu meja kantin. Belum
sempat aku ingin menghindar dan pergi,Chintya dan teman-temannya sudah berada
di belakangku. Seketika Chintya kembali salah paham dan marah padaku. Ketika
kembali ke kelas,video aku yang sedang marah-marah pada ibu kemarin sedang
ditonton oleh teman sekelas. Ternyata,kemarin Chintya merekam video kemarahanku
pada ibu.
Kalau nasi sudah jadi bubur,ya
tidak akan jadi nasi lagi. Mungkin inilah peribahasa yang tepat untukku.
Semuanya sudah terlanjur,teman-temanku sudah mengetahui bahwa aku memang anak
miskin yang bisanya hanya berpura-pura,bagaimanapun caraku untuk meyakinkan
mereka kembali hanya akan sia-sia,mereka tidak akan lagi percaya padaku. Hari
ini aku merasa sangat kesal dan sedih,mungkin ini memang sudah seharusnya
terjadi padaku.
Karena aku terlalu malu,kesal
dan sedih,aku langsung berlari kencang ke luar sekolah. Aku sudah tak lagi
memperdulikan nyawaku,aku ingin mati saja,aku ingin tertabrak mobil,aku sudah
sangat lelah akan kehidupanku yang seperti ini. Andai saja dari awal aku jujur
pada mereka,mungkin lebih baik daripada begini atau mungkin saja aku lebih
sakit hati lagi. Tapi ya inilah jalan hidupku,sekarang aku hanya bisa pasrah
dan entah siapa sekarang yang masih mau menemaniku. Hampir saja aku akan
tertabrak mobil,tiba-tiba aku langsung didorong ke pinggir jalan oleh seorang
wanita,dan akhirnya wanita itulah yang tertabrak mobil. Siapakah wanita itu?
Iya,dialah ibuku yang selama ini aku benci dan yang selama ini selalu membuatku
malu. Aku langsung melihat keadaan ibu dan menangis sambil memeluk ibu.
Aku dan para warga langsung
membawa ibu ke rumah sakit. Setelah dua jam dirawat,akhirnya ibu sadar. Saat
ibu sadar,aku langsung memeluk ibu sambil menangis dan meminta maaf,aku sangat
merasa bersalah pada beliau.”Maafin ibu ya Andin,ibu selama ini selalu bikin
kamu malu. Ibu gak bisa jadi ibu yang terbaik buat kamu. Ibu gak pernah bisa
bahagiain kamu,ibu selalu bikin kamu sengsara. Asal Andin tau,ibu selalu sayang
sama Andin,ibu selalu berusaha supaya Andin bahagia,tapi mungkin cara ibu salah
dan mungkin Andin kurang mengertinya. Ibu tau,ini semua salah ibu dan mungkin,menyelamatkan
Andin dari mobil yang mau menabrak Andin adalah perbuatan nyata yang terakhir
kalinya sebagai bukti bahwa ibu benar-benar sayang sekali sama Andin. Bagi
ibu,lebih baik kehilangan suami daripada kehilangan anak,karena cinta sejati ibu
adalah anak ibu. Tapi sekarang,ibu sudah harus kehilangan anak ibu juga,yaitu
Andin. Tapi ibu yakin,Allah selalu tahu yang terbaik untuk kita nak..”,ujar ibu
dengan penuh senyum,”Maksud ibu ngomong kayak gitu apa bu? Ibu jangan tinggalin
Andin bu.. Andin minta maaf sama ibu,Andin gak pernah ngehargai kasih sayang
yang ibu berikan ke Andin. Andin sadar,selama ini memang Andin yang salah bu.
Andin mohon ibu jangan pergi ninggalin Andin bu,karena cuma ibu yang sayang
sama Andin,yang lain gak ada yang sayang sama Andin bu..”,jawabku seraya
menangis tersedu-sedu,”Iya Andin sayang,ibu selalu maafin kamu,ibu mengerti
bagaimana perasaan kamu nak. Ibu gak akan pergi sayang,ibu selalu ada di hati
kamu. Tapi kalau memang ibu harus pergi,itu sudah ketetuan dari Allah SWT,Andin
harus bisa ikhlas. Yang penting,kalau ibu nanti gak ada di sisi Andin,Andin
harus tetap jadi anak yang sholehah dan lebih baik dari sekarang. Ibu
percaya,Andin adalah anak yang baik dan bisa menjaga amanah dari ibu ini. Ya
sudah,sekarang Andin udah shalat belum? Kalau udah,Andin tidur dulu
ya,kelihatannya Andin lelah sekali nak..”,kata ibu,masih dengan penuh senyum
kasih sayang,”Iya ibu,tapi ibu janji gak akan ninggalin Andin... Udah bu. Ya
udah,Andin tidur dulu ya bu,kalau ada apa-apa,ibu bangunin Andin ya
bu..”,jawabku dengan sudah mulai tersenyum.
Aku pun tidur. Saat aku
bangun,dokter sudah ada di depanku dan mengatakan bahwa ibu telah tiada. Aku
juga melihat di pipi ibu basah dengan air mata. Aku menangis dengan
sekencang-kencangnya dan sangat menyesal karena kini aku telah kehilangan ibu
yang selama ini aku sia-siakan. Aku pun mengerti mengapa ibu menyuruhku
tidur,karena ibu tidak mau anaknya melihat air mata terakhir darinya untuk
anaknya yang paling ia sayangi itu,ia juga tak mau anaknya melihat bagaimana
nafasnya diambil oleh sang malaikat maut. Tapi aku sadar,penyesalanku tak akan
membuat ibu kembali sampai kapanpun. Yang sekarang bisa aku lakukan adalah
melakukan dan menjaga pesan-pesan yang ibu sampaikan padaku sebelum ia meninggalkan
dunia ini,aku juga hanya bisa senantiasa mendoakannya dan selalu menjaga amanah
serta silaturahminya dengan orang lain.”Ibu,makasih udah jadi ibu yang terbaik
buat Andin.. Andin akan selalu sayang dan mendoakan ibu.. Andin akan berusaha
untuk jadi anak yang lebih baik.. Andin gak mau ngecewain ibu lagi.. Andin
harap,ibu bisa tersenyum di sana ketika suatu saat nanti melihat Andin sudah
sukses dan menjadi seorang ibu yang hebat seperti ibu saat menjaga Andin..
Andin sayang sama ibu,ibu adalah cinta sejati Andin,tak ada yang mampu
menggantikan ibu sampai kapanpun di hati Andin..” . Pesan itulah yang ingin aku
sampaikan pada ibu,Ya Allah,semoga ibu mendengarkan pesanku ini,aamiin...
Mulai sekarang,aku berusaha
untuk selalu menjadi anak yang lebih baik. Aku tidak mau lagi
kesalahan-kesalahanku pada ibu suatu saat nanti terulang saat aku menjadi
seorang ibu. Aku pun berusaha untuk mengikuti sifat-sifat terpuji ibu yang
membuatnya disayangi banyak orang. Buat teman-teman yang masih punya ibu,sayangi
ibu dengan sepenuh hati dan jangan sampai membuat air matanya menetes karena
kita,karena itu dosanya besar sekali. Ibuku cinta sejatiku...
Makasih buat yang udah membaca cerpen Najwa.. :)
Semoga suka ya...
And I need your comment...