Rabu, 05 Agustus 2015

Cerpen menyedihkan tentang ibu dan anak

Lagi iseng-iseng aja sekaligus ngisi blog yang baru Najwa bikin..
Ini cerita asli karangan Najwa....
Jadi maaf ya guys kalau mungkin kurang bagus...

Hope you want to read my short story and I hope you like it! :)





 

Ibuku Cinta Sejatiku

              Halo,namaku Andini Septiana,biasa dipanggil Andin. Aku duduk di bangku kelas 8 di sebuah sekolah menengah pertama terfavorit di kotaku. Kehidupanku jauh berbeda dengan kehidupan teman-temanku di sekolah,mereka setiap harinya membawa uang jajan Rp 100.000,sedangkan aku hanya satu persepuluh dari uang jajan mereka. Setiap hari mereka berangkat naik kendaraan roda empat,sedangkan aku kendaraan roda dua,itupun sepeda,tak bermesin. Dan setiap hari yang mereka pegang adalah gadget,sedangkan aku,hanyalah handphone china tanpa kamera. Walaupun begitu,salah satu gank terkenal di sekolahku tetap medekatiku karena aku pintar dan mudah bergaul,lagipula mereka tidak tahu kalau aku ini orang miskin karena memang gayaku yang dapat menyesuaikan seperti mereka.

             Hal seperti ini sudah aku lalui sejak kecil. Ibuku hanyalah seorang berpenyakitan asma yang pekerjaannya sebagai buruh cuci setrika,kadang juga pembantu rumah tangga pulang pergi. Ayahku sudah meninggalkan kami sejak umurku masih 2 tahun dan entah berada di mana sekarang. Sejak kecil aku selalu bersabar dan menunggu janji ibu dari dulu yaitu aku akan hidup bahagia sudah remaja nanti,tapi justru hidupku semakin susah dan menderita. Mungkin ini memang takdir hidupku,tapi entah mengapa aku sulit sekali untuk ikhlas dan menerima semua ini.

            Keadaanku yang sekarang ini mulai membuat aku kesal pada ibu. Entah mengapa sejak hari ini,aku mulai bersikap marah-marah,bentak-bentak dan melawan ibu. Lagian dari dulu ibu hanya bisa berjanji dan kerjaannya hanya itu-itu saja. Meski aku begitu pada ibu,ibu tak pernah memarahi atau membentakku karena ibu pernah bilang kalau aku ini adalah harta yang paling berharga dan terindah baginya,apapun akan dia lakukan asal aku bahagia. Tapi,kenapa hidupku tak berubah jika ibu menginginkan aku bahagia. Huh!

             Di sekolah,aku dianggap anak orang kaya oleh teman-temanku. Sebenarnya aku lelah dengan semua penyamaranku,aku selalu bilang kepada Chintya dan teman-temannya jika aku ini orangnya hemat sehingga bawa uang jajan hanya 10.000,aku juga tak mau terlalu manja pada orang tuaku sehingga aku selalu berangkat dan pulang naik sepeda dan lebih memilih hp china murahan daripada gadget karena aku harus hidup mandiri. Padahal,memang begitulah hidupku yang sebenarnya,untuk membeli handphoneku yang harganya Rp 150.000 saja ibu harus meminjam ke tetangga dan itupun sulit sekali. Tapi,aku tak mau menyerah untuk melakukan penyamaran ini,karena jika ini semua terbongkar,maka tidak akan ada satupun murid di sekolah ini yang mau berteman denganku.

             Keesokan harinya,Chintya dan teman-temannya mengajakku jalan-jalan ke mall setelah pulang sekolah besok. Ya tentu saja pulang sekolah aku langsung meminta banyak hal pada ibu,”Ibu,aku minta uang 200.000 dong buat besok jalan-jalan sama Chintya dan teman-teman lain! Oh iya aku juga mau minjam perhiasan ibu ya!” ujarku cerewet pada ibu,”Tapi nak,dari mana ibu bisa dapat uang sebanyak itu? Untuk makan hari ini saja sudah pas-pasan. Lalu untuk apalagi kamu meminjam perhiasan ibu nak?” jawab ibu,”Aduh bu! Kalau ibu sayang sama aku dan pingin aku bahagia,udah turutin aja! Pokoknya aku gak mau tau besok uang dan perhiasan itu harus udah ada! Terserah gimana cara ibu dapetin itu,pokoknya kalau gak ada,aku pergi dari rumah ini! Inget!” ,balasku kesal,”Iya nak. Ibu akan usahakan.”,ujar ibu dengan sedih. Aku langsung masuk ke kamarku karena begitu kesal terhadap ibu.

               Malam harinya aku lihat ibu sibuk sekali bekerja lebih dari malam-malam biasanya. Aku hanya melihatnya dengan cuek dan santai saja tanpa ada niat membantu sedikitpun padahal ibu seperti ini demi mendapatkan uang 200.000 untukku besok. Lalu aku meminta izin pada ibu untuk pergi ke counter hp milik Kang Teguh. Kang Teguh adalah cucu dari adik kandung nenekku,sehingga kami masih memiliki hubungan kekerabatan. Tujuanku ke sini adalah untuk meminjam gadget yang ada di counternya untuk besok,dengan senang hati Kang Teguh meminjamkannya karena ia sudah menganggap aku seperti adik kandungnya sendiri. Pulang ke rumah aku langsung belajar untuk memainkan gadget itu agar tidak malu besok di hadapan Chintya dan teman-teman lain.

               Pagi hari sebelum berangkat sekolah,aku melihat uang 200.000 dan perhiasan yang aku minta pada ibu sudah ada di atas meja makan. Aku langsung memasukkan barang-barang itu ke dalam tas tak lupa dengan gadget pinjamanku. Sepulang sekolah,aku,Chintya,Shely,Bella dan Tiara langsung meuju ke mall diantar oleh supirnya Chintya. Di dalam mobil aku mulai mengeluarkan gadget pinjamanku dan menggunakannya. Chintya pun bertanya,”Cie.. Gadget baru nih! Kapan belinya Din?”,”Ahh gak kok. Aku beli ini udah lama cuma ga boleh dibawa ke sekolah takutnya hilang,biasalah sekarang kan banyak tangan-tangan jail. Hehehe.” ,jawabku,”Loh? Bukannya katamu waktu itu kamu ga mau terlalu manja jadi kamu gak pake gadget mahal Din?” tambah Tiara,”Iya emang Ti,ini gadgetnya aku beli murni pake uang tabungan aku sendiri kok..” jawabku,”Ohh.. Ehh udah sampe nih! Yuk turun!”,ujar Tiara.

            Di dalam mall kami makan siang,lalu nonton film di bioskop. Setelah dari bioskop,kami pergi ke sebuah toko yang menjual barang-barang mahal. Di sana Chintya membeli banyak sekali barang,aku jadi iri padanya. Tak hanya Chintya,teman-teman lain juga membeli beberapa baju atasan,berbeda denganku,yang tidak membeli barang satupun karena uangku sudah habis,tapi aku bilang pada mereka bahwa aku kemarin sudah belanja yang banyak sekali sehingga hari ini aku tidak akan belanja lagi. Sekitar pukul lima sore barulah kami keluar dari mall. Sesampainya di rumah,ibu sudah menungguku di depan pintu. Ibu bilang kalau dia sangat khawatir dengan keadaanku karena sudah maghrib tapi belum pulang juga. Aku tak menghiraukan apa yang ibu katakan,aku langsung menyimpan tas lalu mandi dan beristirahat karena aku lelah sekali hari ini.

         Keesokan paginya,aku hendak sarapan sebelum berangkat sekolah. Namun,saat aku membuka tudung saji,hanya tersisa sambal terasi,ikan asin,semur jengkol dan sedikit nasi saja. “Bagaimana mungkin aku sarapan makanan yang seperti ini? Yang ada aku malah sakit perut dan bisa-bisa bau mulut!”,gumamku dalam hati. “Ibu! Kenapa ibu gak masakin buat aku sarapan? Oh atau mungkin ibu mau aku sakit terus mati biar ibu gak punya beban lagi? Iya?! Kenapa sih bu? Dari dulu ibu selalu bikin aku menderita? Kenapa sih bu? Dari dulu ibu bisanya penyakitan dan bikin aku malu? Aku capek bu kalau terus-terusan hidup kayak gini! Di sekolah aku bela-belain nyamar jadi orang kaya setiap hari karena kalau temen-temen tahu aku miskin pasti gak ada yang mau main sama aku! Harusnya ibu ngerti dong!” bentakku dengan keras dan kasar pada ibu,”Maafin ibu nak.. Ibu belum dapet uang lagi nak,jadi kamu sarapan yang seadanya dulu ya nak.. Persediaan beras,telor,sama mie juga udah habis nak,atau kamu sarapan di sekolah aja ya nak.. Ibu janji,nanti siang ibu masakin makanan yang enak,dan ibu janji ibu akan usahain supaya hidup kamu bisa berkecukupan ya nak.. Ibu akan bekerja keras demi kehidupan kita ya nak..”,jawab ibu dengan lembut,”Tau ah bu! Pokoknya nanti siang ibu harus masakin makanan ya enak buat aku! Kalau ibu gak masakin,aku bakal kabur aja dari rumah!”,jawabku sambil pergi.

              Sampai di sekolah,aku pun menghampiri Chintya,Shely,Bella dan Tiara dengan wajah yang kusut. Lalu Tiara bertanya,”Ehh Din,kenapa muka lo bete banget sih kayaknya?”,”Iya nih Ti. Mama sama papa mau ke luar negeri,terus katanya aku gak boleh kemana-mana selama mereka gak ada,gila ihh sebel banget! Aku kan udah dewasa,masa ini itu harus dilarang sih!?”,jawabku dengan yakin padahal tidak sesuai keadaan yang sebenarnya,”Ya elah Din! Masa gitu aja bete? Bawa santai aja kalii,gue sih kalaupun orang tua gue bilang kayak gitu,gue tetap gak akan di rumah aja Din,bosen. Lagian kan mereka gak tahu,kita kan bisa bohong sama mereka.”,kata Chintya,”Iya juga sih Chin. Ya udahlah gak usah dibahas lagi.”,kataku menutup pembicaraan.

            Saat pulang sekolah,kami melihat anak-anak yang latihan ekskul Taekwondo. Salah satu dari mereka ada yang bernama Raihan. Dia orangnya ganteng,pintar,kaya,tinggi,putih,dan hampir semua siswi di sekolah ini suka sama dia,ya salah satunya Chintya. Setiap hari Chintya selalu menceritakan kisah pendekatannya sama Raihan,sampai kami berempat rasanya bosan sekali mendengar ceritanya. Chintya selalu bilang kalau suatu saat pasti Raihan akan menyatakan perasaannya ke Chintya,dia yakin kalau Raihan juga suka padanya,padahal Raihan suka kepada siswi lain,tapi kami pun tidak tahu siapa dia. Begitulah Chintya,orangnya suka kegeeran. Walaupun banyak yang suka sama Raihan,tapi aku sama sekali tidak suka dengannya,memang sih dia ganteng,tapi aku selalu ingat pesan ibu bahwa gak boleh pacaran dulu dan harus hati-hati sama laki-laki zaman sekarang,aku emang nakal,tapi sesekali aku juga masih selalu mengingat pesan ibuku.

              Keesokan paginya pelajaran pertama adalah pelajaran Bu Santi. Aku disuruh mengambil buku paket sejumlah 15 buah ke perpustakaan. Saat aku menuju kembali ke kelas,tak sengaja Raihan yang baru dari toilet menabrakku dan menyebabkan buku yang aku bawa jatuh semua. Raihan pun membantuku untuk membereskan buku-buku yang jatuh,”Ehh maaf ya,aku gak sengaja,sini aku bantuin ya. Oh iya,aku Raihan,nama kamu siapa?”,ujar Raihan. Aduh,rasanya deg-degan banget ditanya sama Raihan,aku pun menjawab,”Semua orang di sekolah ini juga tahu kok kamu siapa. Aku Andini. Ohh iya,makasih ya,aku harus buru-buru ke kelas nih!”,lalu aku berlari ke kelas,”Iya,salam kenal ya!”,jawab Raihan yang terdengar olehku.

               Ketika istirahat,entah mengapa Chintya,Shely,Bella dan Tiara sikapnya berbeda sekali terhadapku. Biasanya mereka mengajakku ke kantin bersama,tapi kali ini tidak.”Ternyata temen kita yang ngedukung kedekatan kita sama orang yang kita sukai bisa nikung kita lho! Bilangnya sih gak suka,gak tertarik,gak mau pacaran dan bla bla bla,tapi itu semua OMONG KOSONG! Dasar munafik! Udah yuk guys,tinggalin aja dia,biar tau rasa!”,kata Chintya dengan kasar padaku,”Semua kata-kata kamu buat aku kan Chin? Asal kamu tau,aku tuh gak suka sama Raihan,gak tertarik sama Raihan,apalagi pacaran sama dia. Aku tau kamu suka sama dia,gak mungkinlah aku nusuk temen sendiri dari belakang. Kamu tanyain aja ke Raihan kalau gak percaya!”,balasku,”Ya iyalah ke elo! Gak usah bohong dan cari alasan,gue udah tau semuanya,Bella udah nunjukkin fotonya ke gue! Dasar pengkhianat! Mulai sekarang gak usah deket-deket sama kita lagi,gue gak sudi punya temen yang suka nikung temennya sendiri!”,jawab Chintya. Mereka pun pergi meninggalkan aku di kelas sendirian. Rasanya kesal banget,masa cuma kenalan aja dibilang pengkhianat sih?

                  Sampai di rumah rasa kesal itu masih terus ada. Chintya tuh emang egois,suka nuduh,keras kepala dan teman yang paling menyebalkan. Karena terlalu kesal,aku sampai membanting pintu kamarku dengan keras dan berteriak di dalam kamar. Tentu saja,ibu langsung menghampiriku ke kamar dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya,ibulah yang menjadi pelampiasan kekesalanku di rumah,aku melempar ibu dengan baju kotorku seraya berkata,”Udah deh gak usah ikut campur urusan anak! Sekarang mending cuciin baju kotor aku sana!”. Ibu pun pergi sambil menangis.

                  Rasanya malas sekali ke sekolah,apalagi harus bertemu Chintya dan teman-temannya. Seperti kemarin,Chintya kembali menyindirku dengan ocehannya yang menyakitkan hati. Aku berusaha untuk selalu menahan emosiku agar tidak terjadi keributan,kalau sudah disindir,aku langsung pergi saja,aku tak peduli apa yang akan mereka katakan lagi. Sepulang sekolah,aku berjalan sendirian menuju ke gerbang. Ternyata,di gerbang Raihan sudah menunggu. Di situ ia langsung menyatakan perasaannya padaku,dan ia juga bilang bahwa ia tidak pernah suka sama Chintya apalagi akan menembaknya,Chintya hanya kegeeran saja. Memang benar sih apa yang dikatakan Raihan tentang Chintya,tapi aku juga bingung sekali harus menerima atau menolaknya. Aku pun menolaknya dengan halus,dan bilang kalau aku belum boleh pacaran,Raihan pun mengerti,ia tidak memaksa agar aku menerimanya.

                  Tak disangka,tiba-tiba Chintya langsung datang dan marah-marah padaku. Masalah yang kemarin belum selesai,sekarang sudah bertambah masalah baru dan lagi-lagi karena salah paham. Aku berusaha menjelaskan kepada Chintya tentang apa yang terjadi sebenarnya. Namun tetap saja,Chintya sudah terlanjur salah paham. Masalah ini pun bertambah rumit.

                   Di rumah,aku belajar untuk mempersiapkan ulangan IPA besok. Entah mengapa malam ini ibu nampaknya sibuk. Ibu sama sekali tidak memperhatikanku,menanyai bagaimana di sekolah,mengurusiku,intinya ibu beda dari biasanya. Aku sih senang kalau ibu seperti ini,jadi aku tidak bertambah pusing. Tapi,keesokan paginya pun ibu masih cuek,aku heran dengan sikap ibu. Aku biarkan saja ibu seperti itu,karena rasanya hidup aku jadi lebih tenang.

                   Ulangan hari ini dimulai. Seperti biasanya,sebelum ulangan dimulai,tas setiap siswa diperiksa agar tidak terjadi kecurangan saat ulangan. Betapa terkejutnya aku,ternyata di dalam tasku ada sebuah contekan,padahal aku sama sekali tidak pernah memasukannya. Aku diberi sanksi oleh pak guru tidak boleh ikut ulangan kali ini. Rasanya sedih,kesal,kaget dan curiga sekali. Aku berusaha untuk membujuk Pak Adam,tapi beliau tetap pada keputusan beliau. Aku mulai mengerti sekarang,ini pasti ulah Chintya dan teman-temannya. Tadi pagi ketika aku ke toilet,di kelas tidak ada siapa-siapa dan hanya ada mereka berempat.”Pasti kalian yang masukkin contekkan ke tas aku! Karena tadi pagi pas aku ke toilet di kelas ini cuma ada kalian berempat,ayo ngaku?!,ujarku pada Chintya dengan marah,”Jadi lo nuduh kita? Idih ngapain kita lakuin yang kayak gitu! Kalau mau marah pake bukti dong! Sekarang gue tanya,emang lo punya buktinya? Nggak kan?!”,jawab Chintya. Memang sih aku tidak punya bukti,karena kebetulan CCTV di kelas juga sedang diperbaiki. Karena aku menuduh sembarangan,Pak Adam menghukumku yaitu menyuruh membersihkan toilet murid perempuan di sekolah ini.

                 Ketika jam pelajaran kelima dan keenam,ada orang tua murid yang mengetuk pintu kelas. Ternyata itu adalah ibu dengan membawa kue untukku. Jadi semalaman ia tidak memperhatikanku karena akan membuat kejutan untukku di hari ulang tahunku. Ibu bilang pada guru dan teman-teman sekelas bahwa dia adalah ibuku dan hari ini aku ulang tahun sehingga dia membawakan kue ini untukku. Betapa malunya aku saat ibu berkata seperti itu di depan teman-teman,yang mereka tahu,aku adalah anak orang kaya,sungguh ini adalah kejutan terburuk di hari ulang tahunku. Aku pun langsung mengusir ibu dengan marah-marah dan bilang pada teman-teman kalau ibu adalah pembantuku di rumah dan kedua orangtuaku sedang ke luar negeri. Ibu pun pulang dengan menangis.

                Kedatangan ibu tadi membuat teman-teman sekelas curiga,apalagi Chintya dan teman-temannya. Mereka lagi dan lagi menyindirku. Rasanya sudah tidak tahan sekali menahan semua sindiran,hinaan,dan kebohongan selama ini. Saat waktu pulang tiba,aku langsung mempercepat langkahku menuju rumah karena ingin cepat-cepat memarahi ibu. Ternyata ibu sedang duduk di meja makan sambil menangis dan terbatuk-batuk,”Ibu apa-apaan sih? Kenapa ibu tadi ke sekolah? Kalau ibu mau bikin kejutan bukan gini caranya! Ibu kan tahu,Andin itu di sekolah pura-pura jadi anak orang kaya! Sekarang semua teman-teman udah curiga bu tentang siapa Andin yang sebenarnya! Ibu udah bikin Andin malu bu! Andin benci sama ibu! Ibu gak pernah bikin Andin bahagia! Ibu selalu bikin Andin sengsara!”,ucapku dengan marah dan sangat kasar pada ibu,”Maafkan ibu nak,ibu memang tidak bisa jadi ibu yang baik buat kamu nak.. Maafin ibu...”,jawab ibu sambil menangis tersedu-sedu. Aku pun langsung masuk ke kamar dan mengunci pintu kamarku rapat-rapat.

                 Sepanjang malam ibu terus menangis dan terus menangis hingga ia sesak nafas. Sesekali aku berteriak memarahi ibu karena suaranya berisik sekali. Di dalam kamar,aku juga terus memikirkan bagaimana cara agar teman-teman tidak curiga dan percaya lagi padaku. Hingga pagi tiba,aku tak kunjung menemukan bagaimana cara yang bisa kulakukan karena aku terlalu pusing dan putus asa dengan semua masalah ini. Tiba-tiba,seorang wanita mengetuk pintu rumahku pagi itu sambil memanggil namaku. Rasanya sudah tak asing lagi dengan suara wanita ini,dan benar,dia adalah Chintya. Chintya menjemputku dan mengajakku untuk berangkat bersama ke sekolah.

                 Dan akhirnya,terbongkarlah rahasiaku selama ini. Chintya dan teman-temannya sudah mengetahui bagaimana kehidupanku yang sebenarnya. Aku meminta pada Chintya dan teman-temannya untuk tidak memberitahu rahasia ini kepada teman-teman lain. Chintya mengabulkan permintaanku tapi dengan satu syarat,yaitu aku harus menjauhi Raihan dan bersikap seolah tidak kenal dengan Raihan seperti dulu. Aku pun menyanggupinya yang penting kebohonganku dan penyamaranku tidak terbongkar.

                Saat istirahat,tiba-tiba Raihan menghampiriku yang sedang duduk sendirian di salah satu meja kantin. Belum sempat aku ingin menghindar dan pergi,Chintya dan teman-temannya sudah berada di belakangku. Seketika Chintya kembali salah paham dan marah padaku. Ketika kembali ke kelas,video aku yang sedang marah-marah pada ibu kemarin sedang ditonton oleh teman sekelas. Ternyata,kemarin Chintya merekam video kemarahanku pada ibu.

                 Kalau nasi sudah jadi bubur,ya tidak akan jadi nasi lagi. Mungkin inilah peribahasa yang tepat untukku. Semuanya sudah terlanjur,teman-temanku sudah mengetahui bahwa aku memang anak miskin yang bisanya hanya berpura-pura,bagaimanapun caraku untuk meyakinkan mereka kembali hanya akan sia-sia,mereka tidak akan lagi percaya padaku. Hari ini aku merasa sangat kesal dan sedih,mungkin ini memang sudah seharusnya terjadi padaku.

                  Karena aku terlalu malu,kesal dan sedih,aku langsung berlari kencang ke luar sekolah. Aku sudah tak lagi memperdulikan nyawaku,aku ingin mati saja,aku ingin tertabrak mobil,aku sudah sangat lelah akan kehidupanku yang seperti ini. Andai saja dari awal aku jujur pada mereka,mungkin lebih baik daripada begini atau mungkin saja aku lebih sakit hati lagi. Tapi ya inilah jalan hidupku,sekarang aku hanya bisa pasrah dan entah siapa sekarang yang masih mau menemaniku. Hampir saja aku akan tertabrak mobil,tiba-tiba aku langsung didorong ke pinggir jalan oleh seorang wanita,dan akhirnya wanita itulah yang tertabrak mobil. Siapakah wanita itu? Iya,dialah ibuku yang selama ini aku benci dan yang selama ini selalu membuatku malu. Aku langsung melihat keadaan ibu dan menangis sambil memeluk ibu.

                Aku dan para warga langsung membawa ibu ke rumah sakit. Setelah dua jam dirawat,akhirnya ibu sadar. Saat ibu sadar,aku langsung memeluk ibu sambil menangis dan meminta maaf,aku sangat merasa bersalah pada beliau.”Maafin ibu ya Andin,ibu selama ini selalu bikin kamu malu. Ibu gak bisa jadi ibu yang terbaik buat kamu. Ibu gak pernah bisa bahagiain kamu,ibu selalu bikin kamu sengsara. Asal Andin tau,ibu selalu sayang sama Andin,ibu selalu berusaha supaya Andin bahagia,tapi mungkin cara ibu salah dan mungkin Andin kurang mengertinya. Ibu tau,ini semua salah ibu dan mungkin,menyelamatkan Andin dari mobil yang mau menabrak Andin adalah perbuatan nyata yang terakhir kalinya sebagai bukti bahwa ibu benar-benar sayang sekali sama Andin. Bagi ibu,lebih baik kehilangan suami daripada kehilangan anak,karena cinta sejati ibu adalah anak ibu. Tapi sekarang,ibu sudah harus kehilangan anak ibu juga,yaitu Andin. Tapi ibu yakin,Allah selalu tahu yang terbaik untuk kita nak..”,ujar ibu dengan penuh senyum,”Maksud ibu ngomong kayak gitu apa bu? Ibu jangan tinggalin Andin bu.. Andin minta maaf sama ibu,Andin gak pernah ngehargai kasih sayang yang ibu berikan ke Andin. Andin sadar,selama ini memang Andin yang salah bu. Andin mohon ibu jangan pergi ninggalin Andin bu,karena cuma ibu yang sayang sama Andin,yang lain gak ada yang sayang sama Andin bu..”,jawabku seraya menangis tersedu-sedu,”Iya Andin sayang,ibu selalu maafin kamu,ibu mengerti bagaimana perasaan kamu nak. Ibu gak akan pergi sayang,ibu selalu ada di hati kamu. Tapi kalau memang ibu harus pergi,itu sudah ketetuan dari Allah SWT,Andin harus bisa ikhlas. Yang penting,kalau ibu nanti gak ada di sisi Andin,Andin harus tetap jadi anak yang sholehah dan lebih baik dari sekarang. Ibu percaya,Andin adalah anak yang baik dan bisa menjaga amanah dari ibu ini. Ya sudah,sekarang Andin udah shalat belum? Kalau udah,Andin tidur dulu ya,kelihatannya Andin lelah sekali nak..”,kata ibu,masih dengan penuh senyum kasih sayang,”Iya ibu,tapi ibu janji gak akan ninggalin Andin... Udah bu. Ya udah,Andin tidur dulu ya bu,kalau ada apa-apa,ibu bangunin Andin ya bu..”,jawabku dengan sudah mulai tersenyum.

                Aku pun tidur. Saat aku bangun,dokter sudah ada di depanku dan mengatakan bahwa ibu telah tiada. Aku juga melihat di pipi ibu basah dengan air mata. Aku menangis dengan sekencang-kencangnya dan sangat menyesal karena kini aku telah kehilangan ibu yang selama ini aku sia-siakan. Aku pun mengerti mengapa ibu menyuruhku tidur,karena ibu tidak mau anaknya melihat air mata terakhir darinya untuk anaknya yang paling ia sayangi itu,ia juga tak mau anaknya melihat bagaimana nafasnya diambil oleh sang malaikat maut. Tapi aku sadar,penyesalanku tak akan membuat ibu kembali sampai kapanpun. Yang sekarang bisa aku lakukan adalah melakukan dan menjaga pesan-pesan yang ibu sampaikan padaku sebelum ia meninggalkan dunia ini,aku juga hanya bisa senantiasa mendoakannya dan selalu menjaga amanah serta silaturahminya dengan orang lain.”Ibu,makasih udah jadi ibu yang terbaik buat Andin.. Andin akan selalu sayang dan mendoakan ibu.. Andin akan berusaha untuk jadi anak yang lebih baik.. Andin gak mau ngecewain ibu lagi.. Andin harap,ibu bisa tersenyum di sana ketika suatu saat nanti melihat Andin sudah sukses dan menjadi seorang ibu yang hebat seperti ibu saat menjaga Andin.. Andin sayang sama ibu,ibu adalah cinta sejati Andin,tak ada yang mampu menggantikan ibu sampai kapanpun di hati Andin..” . Pesan itulah yang ingin aku sampaikan pada ibu,Ya Allah,semoga ibu mendengarkan pesanku ini,aamiin...

               Mulai sekarang,aku berusaha untuk selalu menjadi anak yang lebih baik. Aku tidak mau lagi kesalahan-kesalahanku pada ibu suatu saat nanti terulang saat aku menjadi seorang ibu. Aku pun berusaha untuk mengikuti sifat-sifat terpuji ibu yang membuatnya disayangi banyak orang. Buat teman-teman yang masih punya ibu,sayangi ibu dengan sepenuh hati dan jangan sampai membuat air matanya menetes karena kita,karena itu dosanya besar sekali. Ibuku cinta sejatiku...








Makasih buat yang udah membaca cerpen Najwa.. :)
Semoga suka ya...
And I need your comment... 




7 komentar:

  1. sedihhhhnyaaa :'(
    Nice try Najwa...
    Ditunggu next storynya yaaa
    :*

    BalasHapus
  2. Bagus teteh (y) .. Dilanjut lagi yaa storynyaa:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. teteh baca cerpen aku juga yaa, aku tau kok emang jelek http://sabilaarfarizqia2.blogspot.co.id/2015/12/aku-menyayangimu-sahabatku.html

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Bagus Najwa, aku sukaa, semoga apa yang kamu isi di blog ini, bermanfaat buat kita semua yaa :)

    BalasHapus